“Siapa yang bisa mengelak disaat
Allah sudah berkehendak? Mau dilabuhkan pada siapa? Diri ini tidak pernah
meminta”
Hey kamu, lelaki yang selalu aku
rindukan tiap harinya..
Entah mengapa semakin sering kita
bertengkar, semakin takut rasanya aku kehilanganmu. Aku ingin sedikit bercerita
tentang berbagai macam rasa yang aku rasakan akhir-akhir ini bersamamu. Sejak 219 hari yang lalu, kamu benar-benar
menyelip dalam relung hatiku. Kamu menjadi sosok baru yang sangat menarik jika
kunikmati dari berbagai sisi. Aku hanya ingin kamu tahu, kamu sudah jadi
seseorang yang kuhargai keberadaannya, ku tunggu pesan singkatnya, ku rindukan
suaranya, ku rindukan kehadirannya, ku rindukan senyumnya, ku rindukan
nasihatnya, kurindukan gombalannya,kurindukan perumpamaan “BERLAYARnya”, ku rindukan semangatnya, dan ku rindukan
sapaan pagi dan penutup malamnya.
Sejak setahun yang lalu kita
berkenalan. Saat itu sudah mulai ada tambahan namamu didaftar kontak handphone
yang ku punya. Sudah ada namamu memenuhi kotak masuknya, sudah ada namamu
didaftar pertemanan jejaring sosialku. Kita sudah mulai beberapa kali bertukar
cerita, mendengarkan suara satu sama lain, tapi aku BENAR-BENAR tak ingin
membayangkan bahkan membawa hubungan kita saat itu kejenjang lebih serius. Cukup
jadi teman. Hingga akhirnya kita semakin jauh dan hanya berbasa-basi tak jelas
jika secara kebetulan bertemu dijejaring sosial. Masih menjadi TEMAN…
Lalu, setahun kemudian sosokmu
muncul kembali secara tiba-tiba dengan beberapa cerita baru. “lama tak bertemu, sekalinya bertemu
rasanya seperti pertama kali bertemu”. Tidak ada ketegangan saat itu, hanya
rasa canggung dan begitu banyak pertanyaan diotak ingin ku ucapkan, tentang
tujuan hadirnya kembali dirimu.
Hampir seminggu sekali kita
bertemu hanya untuk menikmati malam dengan jalan-jalan yang tak jelas
tujuannya. Hampir setiap hari komunikasi kita berlangsung meskipun itu mungkin
hanya berbasa-basi mengisi kekosongan. Kamu mulai menjadi bagian dihari-hariku,
jadi tawa yang membawa ketenangan sebelum tidur malamku. Tak hanya itu, kamu
dan aku rela terlelap hingga subuh hanya karena tak ingin saling melepaskan
baik lewat SMS ataupun lewat TELEPON. Terlalu terburu-buru kah aku jika
menyebut semua itu CINTA? Jika terlalu terburu-buru, lalu apa namanya perasaan
tak ingin melepaskan, meskipun ku sadar saat itu kamu tidak mungkin ada didalam
genggamanku.
“Doa akan terjawab seiring
berjalannya waktu”
Lewat cara-Nya kita dipertemukan
dan lewat cara-Nya pula kita dipersatukan, hingga saat ini Alhamdulillah kita
masih diizinkan bersama. Hingga saat ini masih dipercaya untuk mendampingimu,
hingga saat ini rasa sayang dan cinta masih tertuju padamu..
Tentu tak bisa ku tutupi bahwa
semakin hari semakin banyak intrik dihubungan kita ini. Normalkah intrik itu sayaang? Terkadang aku teramat yakin bisa
melewati satu persatu intrik itu dan terkadang pula munculnya intrik itu
melumpuhkan semua rasa dihatiku dan membuat sungai kecil diujung mata ini tanpa
sengaja menetes. Tapi tahukah kamu sayang?? Semakin seringnya kita bisa melewati
intrik itu bersama, semakin besar pula rasa cintaku untukmu, semakin takut pula
aku kehilanganmu, aku takut kehilanganmu…
Sabarlah sayaang..
kita sama-sama sedang berproses.
Tutupi kekuranganku dengan kelebihan yang ada pada dirimu, begitu pula aku akan
menutupi kekuranganmu dengan kelebihan yang aku punya..
sabarlah sayaang..
kita sama-sama sedang berproses,
menyusuri waktu bersama untuk lebih mengenal lagi satu sama lain. Tentu hal
yang biasa jika banyak kejutan-kejutan tak terduga muncul saat proses mengenal
itu…
sabarlah sayaang..
untuk terus mendampingiku,
menutupi kekuranganku, menegurku jika ku salah, meluruskanku jika ku keliru.
“Aku ingin hanya kau yang ada
disampingku, menemani perjuanganku, perjuangan kita berdua menuju kehidupan
selanjutnya, menuju saat yang indah itu..”
Aku mencintaimu…setiap harinya
semakin mencintaimu.. entah mengapa Sang Pemilik Rasa menghadirkan rasa itu
agar tertuju padamu.. aku tak bisa menghindarinya, aku tak bisa mengelaknya..
Aku tak bisa memberikan alasan
mengapa aku mencintaimu, bahkan aku tak akan pernah bisa mengungkapan semua
rasa itu, cukuplah tulisan ini yang mewakili semua rasa. Cukuplah waktu yang
akan memberi tahu padamu bahwa semua rasa itu ada..
“Karena yakinku bila kita
tertakdir bersama, hati kita selalu bersahutan untuk saling memanggil satu sama
lainnya”