Sunday, May 12, 2013

Untukmu Calon Mertuaku..



Suratku untukmu Calon Mertuaku…

Assalamualaikum..wr.wb

Sebelum saya terus menggores kata dalam tulisan ini, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu..

Duhai calon ibu mertuaku..
Perkenalkanlah saya adalah wanita biasa dengan kepribadian yang teramat biasa dan dari kalangan keluarga yang biasa saja..
Saya bukanlah Khadijah ra, seorang wanita yang luar biasa dalam sejarah wanita Islam dan teramat mulia..
Saya bukanlah Aisyah ra, seorang wanita yang utama dalam ketakwaannya..
Bukan pula Fatimah Az-Zahra yang sangat utama dalam ketabahannya..
Tidak pula seperti Zulaikha yang teramat sangat cantiknya…
Apalagi Al Khansa yang sangat pandai mendidik mujahid-mujahid kecilnya..

Tapi seperti yang saya katakan..
Saya hanya wanita biasa, dengan ketakwaan yang biasa, ketabahan yang tak seberapa dan kecantikan saya pun tak pantas  diperhitungkan..

Namun ibu,
Saya adalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi wanita sholehah..
Yang akan berusaha mengabdi pada calon suamiku dan juga padamu, calon ibu mertuaku..

Duhai, calon ibu mertuaku…
Saya harap kita bisa menjadi rekan yang baik, karena pernikahan akan membuka tabir rahasia antara aku dan anakmu..
Butuh banyak kesabaran untuk menghadapi banyaknya kejutan-kejutan dari perbedaan diantara kami..

Saya berharap engkau dapat menjadi penasehat jika diri ini sedang dalam kealpaan..
Saya juga berharap engkau dapat menjadi pendengar yang setia saat saya ingin berbagi, karena sekali lagi saya bukanlah Siti Hajar yang sabar dalam penderitaan…


(via ILOVEHIJAB)

Hanya Kejutan kecil untuk KITA..




“ karena aku ingin seiring denganmu, bukan digiring”
 
 

Tanpa banyak kata yang membalut kebohongan belaka. Cukuplah rayuan dan candaan ringan untuk menghiasi perjalanan kita. Aku memang tak pandai merangkai kata romantis untuk selalu menyenangkanmu, namun aku tahu bagaimana memposisikan kedudukanmu. Aku tidak berani berjanji untuk mencintaimu sepenuhnya, namun aku berani berjanji untuk selalu belajar mencintaimu sepenuhnya. Mewujudkan Cinta sejati yang membuat kita semakin mencintai-Nya.

Awalnya memang aku menggampangkan sekali pelayaran kita ini, tapi fakta yang ada sekarang ternyata tidaklah mudah. Sedikit terasa sakit.. Entah karena apa…

Mungkin masih terlalu baru, masih butuh penyesuaian lebih banyak lagi.. 

Mungkin masih terlalu baru sehingga aku merasa kaget disaat merasakan “kok kamu begini”, “kok kamu begitu”..

Tidak mudah, pindah dari titik koordinat sebelumnya, jika tak ada arahan darimu, hey Nahkoda dihatiku…

Untuk mengarahkan kapal ini sendiripun akan kacau jika kurang arahan darimu..

Aku memang tak mampu untuk memberikan kebahagiaan berlimpah saat mendampingimu di hari-hari pelayaran kita ini, karena sejatinya pelayaran ini bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, namun gerbang awal untuk membuka salah satu jalan menuju ridha-Nya.

Untuk itu aku mohon..

Tetaplah sabar dalam mengarahkanku dan akupun juga akan sabar dalam membantu mengarahkanmu..
Tetaplah sabar dalam mendampingiku dan akupun akan lebih sabar lagi dalam mendampingimu..
Berusahalah agar lebih mengerti kebiasaan-kebiasanku dulu, karena aku juga akan berusaha untuk mengerti semua kebiasaanmu..

Ini semua perjalanan sayaaang..butuh proses..tidak bisa Instan untuk merubah segala sesuatunya

Ditengah perjalanan kita nanti sudah pasti akan ada kejutan-kejutan lain yang akan sama-sama membuat kita lebih kaget lagi..

Tapi tetaplah lebih sabar jika aku menggunakan emosi saat menyikapi kejutan-kejutan itu..

Tetaplah sabar dalam mengingatkanku, jika menurutmu kebiasaan-kebiasaan lamaku itu kurang baik..

Jangan pernah merasa tidak enak ataupun canggung saat mengarahkanku agar sama denganmu..

Karena untuk mencapai suatu TUJUAN tentu harus mempunyai VISI dan MISI yang sama, walaupun tidak harus dalam semua hal sama..

Karena untuk mencapai TUJUAN harus ada perubahan yang sama-sama membaikkan diantara kita, agar bisa menjadi kenangan dan dikenang nantinya..

Jadi maafkan aku jika sampai hari ini masih banyak kekurangan, masih banyak hal yang kau anggap tak wajar tapi masih ku lakukan, maafkan aku karena masih saja merepotkanmu dan menyakitimu tanpa ku sadari..

Aku tak sempurna. Kau pun tak sempurna. Ketidaksempurnaanmu menjadi pelengkap ketidaksempurnaanku, hingga kita terlihat sempurna, meski hanya bagi kita berdua. Biarlah Allah yang Maha sempurna, yang berhak menilai kesempurnaan kita.

Untukmu, wanita pendampingku dipelayaran ini..



Dears:  Wanita pendampingku dipelayaran ini…


Sekarang kita sudah berlayar bersama..
Masih ingatkah kamu malam itu??
Malam disaat kita berada dititik koordinat 28042013:00.10
Malam yang membuatku berubah dari lelaki pesimistis menjadi lelaki romantis dengan setangkai bunga mawar..
Malam yang membuatku berubah dari lelaki oportunis menjadi lelaki puitis..
Malam yang membuatku menjadi lelaki pemberani saat memintamu untuk mendampingiku..

Tahukah kamu??
Malam itu rasanya tidak ada benua yang terlalu jauh untuk dijalani, tidak ada gunung yang terlalu tinggi untuk didaki dan tidak ada samudra yang terlalu luas untuk diseberangi..
Dan disaat kamu mengIYAkan mau mendampingiku, Sungguh .. hal itu cukup membuatku bahagia..

Ditulisan ini aku ingin memberitahukan padamu.. yaa padamu.. wanita yang saat ini sudah menjadi pendampingku..

Tugasmu bukan lagi hanya mengarahkanku saja, tapi kini sudah ku beri kepercayaan penuh untuk kamu menggantikan aku dalam menentukan TUJUAN AKHIR pelayaran kita ini..

Kamu tak perlu takut dan risau saat mendampingiku..

Aku akan tetap membimbingmu, jika ditengah perjalanan nanti kamu kebingungan harus berbelok kemana..

Aku akan tetap disampingmu, membantumu, mengingatkanmu disaat meluruskan arah yang akan kita tuju..

Aku juga tak akan pernah lelah untuk mengingatkanmu jika salah dalam menentukan titik koordinatnya.

Aku akan selalu membantumu menaikkan atau menurunkan titik koordinat yang menurutku lebih baik jika kamu bimbang menentukannya ditengah pelayaran kita nanti..

Pelayaran kita baru dimulai sayaaang, semua masih terasa INDAH bukan? Terasa tenang karena kita belum menemukan ombak-ombak besar yang menghalangi perjalanan kita..

Untuk itu aku ingin mengingatkanmu agar tidak terlalu berlebihan saat sedang merasa bahagia.. Karena disaat rasa bahagia itu sudah berlebihan, tentunya yang kamu rasakan hanya kesenangan saja dan kamu tak akan tahu lagi rasanya SEDIH.. Ingatlah sayang.. kesenangan terus menerus akan menutup hatimu menjadi beku.. 

Namun dalam perjalanan ini kamu juga jangan terlalu serius dalam menjalankan kapalnya, karena terlalu serius itu terkadang ngga bagus. Kasihan ribuan sel-sel sarafmu jadi tegang karena harus bekerja extra..

Diluar semua hal itu, kamu harus tahu dari sekarang bagaimana keadaanku..
Yaaa..Keadaanku,, keadaan Sang Nahkoda yang malam itu tak punya malu saat memintamu agar mau mendampingi.. keadaan Sang Nahkoda yang kini sudah jadi pendampingmu…

Aku memang tak sebaik Nabi Muhammad, aku tak setampan Nabi Yusuf, aku juga tak sekaya Nabi Sulaiman. Aku hanyalah manusia akhir zaman yang berusaha untuk sebisa mungkin membuat orang yang sayang dan cinta kepadaku, tidak akan menyesal nantinya karena telah MEMILIHKU..

Kamu tak perlu ragu akan pelayaran kita ini sayaaang…

Kamu juga tak perlu menjanjikan apa-apa untukku..

Karena akupun tidak akan meminta apa-apa dari kamu, kamu mau mendampingi dan aku bisa mendampingimu saat ini pun sudah cukup untukku. Biarkan waktu yang akan menjawab, “APAKAH  AKU PANTAS MENUNTUT SESUATU DARI KAMU ATAU TIDAK NANTINYA”

Kamu tak perlu tanyakan mengapa dan kenapa di antara beberapa nahkoda lain tetapi hatimu bisa jatuh ke hati nahkoda yang tak memiliki apa-apa sepertiku..

Karena hatiku ini bagaikan bumi yang memiliki medan magnet, yang berbanding tegak lurus dengan massa dan gaya sentripugal, yang menyebabkan siapapun, yang sudah lama mengenal bumi pasti akan jatuh cinta dengan keindahannya..

Maafkan aku..
Maafkan aku, jika nanti ditengah perjalanan yang kita lalui bersama kamu merasa bosan saat mendampingiku..
Maafkan aku, jika nanti aku tidak  bisa memberikan apa yang kamu inginkan..
Maafkan aku, jika nanti kenyataan yang kamu dapatkan diperjalanan ini tidak sebanding dengan harapanmu sebelumnya..
Maafkan aku, karena dari awal harus ku katakan bahwa “aku tidak bisa mendidikmu seperti Nahkoda-nahkoda lain yang menjanjikanmu akan didikan mereka..
Ketahuilah..

Aku hanyalah seorang nahkoda biasa, aku bukan guru dan aku belum pantas untuk mendidikmu karena akupun masih perlu dididik.. tapi kita akan sama-sama belajar untuk lebih baik agar tidak seperti orang yang kurang di didik nantinya..

Akan berakhir dengan TUJUAN seperti apa?? Akan menjadi MASA LALU atau MASA DEPAN hanya Allah yang tahu..

Pelayaran ini memang baru saja kita mulai, pelayaran ini belum terasa memberatkan tapi tentunya kita sama-sama tahu bahwa didepan sana sudah terlihat ombak-ombak besar yang akan menjadi penghalang kita dalam menentukan TUJUAN AKHIR nantinya. 

Kamu TETAP tidak perlu takut sayaang….

Selama kita bisa saling mengingatkan, saling percaya, saling berkomunikasi, saling melengkapi, Insyaallah  kita pasti bisa melewati semua penghalang itu bersama. Tak peduli berapa puluhan hari yang harus ku lewati, berapa ratusan menit yang harus kulalui.. karena yang kurasakan saat ini DENGANMU, waktu yang lama terasa lebih cepat.. Dan Cukuplah Allah yang menjadi sebaik-baiknya Penerang, Pelindung dan Pengawas dalam pelayaran kita ini yaaaa…

Baiklah.. aku sudah tidak bisa berbicara banyak lagi padamu..

Karena yang terpenting saat ini bagaimana kita bisa menjalani pelayaran ini, bukan hanya sekedar teori atau kata-kata saja..
Dan ini yang terakhir, penutup dari suratku ini..
Cukup kamu tahu sayaaang...

Sebingung dan sesakit apapun kamu nanti dalam mengarahkan pelayaran ini, meskipun aku tidak bisa selalu disampingmu, kamu tak perlu takut karena hadirku akan selalu menemanimu lewat udara yang kita hirup bersama lewat nafasku..

                                                                                                         Dikirim Lewat perahu kertasmu..
         
                                                                                                                    
                                                                                                                 Sang Nahkoda hatimu